Tuesday, February 18, 2014

Browse » home» » » » » » Berapa Sesungguhnya Cadangan Minyak RI

Berapa Sesungguhnya Cadangan Minyak RI



Kilang Pertamina West Madura (Pertamina)
 
Bahan bakar minyak masih menjadi energi utama di Indonesia. Konsumsinya terus melonjak akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Lihat saja data konsumsi BBM yang dikeluarkan PT Pertamina. Hingga akhir April, realisasi penyaluran BBM bersubsidi sudah 14,1 juta kiloliter, alias tumbuh lebih dari 10 persen dibandingkan tahun lalu. Demikian juga BBM nonsubsidi, catatan BPH Migas juga tumbuh 10 persen.

Di hulu, catatan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), produksi minyak Indonesia justru menurun. Sejak 1996, pada saat puncak produksi sebanyak 1,6 juta barel per hari, kini tinggal 890 ribu barel per hari.

Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Rudi Rubiandini, mengatakan, sejak 2003, Indonesia telah dengan suka rela mundur dari keanggotaan OPEC, karena situasinya sudah menjadi net importir minyak, seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan dalam negeri. Sementara itu, produksi tidak bisa ditahan terus untuk meluncur turun.

Sama terkejutnya ketika saat itu produksi dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terbesar yaitu Chevron Pacific Indonesia (CPI) bisa mencapai 1 juta barel per hari, kini tinggal sepertiganya yaitu hanya 350 ribu barel per hari.
Keterkejutan itu akan makin bulat ketika melongok kondisi lapangan pendukung terbesar di perusahaan itu --yang namanya Minas-- produksinya sudah menghasilkan 98 persen air dan hanya 2 persen minyak.

Satu-satunya solusi yang bisa menahan penurunan produksi minyak nasional, adalah bila mendapatkan lapangan berukuran besar seperti lapangan Duri dan Minas di kontraktor CPI 20-30 tahun lalu.
Namun, nasib bangsa Indonesia hingga saat ini hanya punya tabungan lapangan Banyu Urip di Bojonegoro. Itu pun hanya berpotensi 165 ribu barel per hari, masih kalah dari produksi lapangan Minas dan Duri di CPI.

Meski begitu, tak perlu berkecil hati, karena Indonesia dianugerahi cadangan gas yang lima kali lebih besar dari minyak, sehingga umur produksinya bisa mencapai 46-50 tahun dibandingkan minyak yang hanya sekitar 10-12 tahun.

Sumber  :  http://bisnis.vivanews.com

No comments:

Post a Comment